Popular Post

Popular Posts

Recent post

Archive for 2013

Di sebuah kota kecil di Canada. namanya Stratford, Ontario. tinggalah 7 orang sahabat. mereka bernama Justin Bieber, Christian Beadles, Ryan Butler, Chaz Somers, Caitlin Beadles dan Selena Gomez. Sudah dari kecil mereka tinggal bersama. mereka tinggal di panti asuhan. Nasib mereka sama, ditinggalkan oleh orangtua mereka di depan pintu panti asuhan saat masih bayi.
--------------------------------------------------------------------------------------------------

DORDOR!!
Terdengar seperti suara tembakan. Caitlin&Selena yg sedang ada di kamar wanita langsung berlari kecil ke arah jendela.
"ada apa itu?" tanya Caitlin yg bingung dan langsung melirik Selena. Selena terlihat ketakutan, wajahnya pucat pasi.
"kau kenapa?"
Selena diam. tak lama, datanglah Cody dgn nafas yg terengah engah. Caitlin yg melihatnya bingung.
"kenapa Cody?

"Caitlin! Panti kita!" ucap Cody sambil mengatur nafas.
"kenapa dgn panti kita?" tanya Caitlin.
"Panti kita diserang! Ada yang ingin menganggu panti ini!"
"kau tau darimana?"
"ibu Panti. dia bilang kita harus cepat pergi."
"tapi bagaimana dgn Selena? Lihat dia!"
"kita harus meninggalkannya disini!"
"apa katamu? Kau gila! Tidak!"
"kita tak punya banyak waktu!"
*Caitlin POV*
Cody menarik tanganku cepat dan dia menarikku ke bawah tempat tidur. Aku sempat berontak tp Cody menyuruhku diam dan lihat apa yg akan terjadi. Aku menurutinya.

terdengar suara ketukan sepatu di lantai kayu ini yg menandakan akan ada yg masuk ke dalam sini. aku tak berani mengintip dan menyembukin wajahku di badan Cody.

tak lama kemudian,..

DORDOR!!!
aku mendengar suara tembakan. Tak lama seperti ada sesuatu yg jatuh di lantai.

----

setelah memastikan siapa yg datang tadi sudah tdk ada, aku memberanikan diri utk melihat apa yg terjadi. Betapa kagetnya aku, saat aku melihat Selena yg sudah tak bernyawa dan bersimbah darah di bagian perut. Aku menangis, ingin teriak tapi Cody melarangku.

baru saja aku mau keluar, tp orang itu datang lg. aku pun kembali ke tempat persembunyianku.
Aku melihat orang itu membawa tubuh Selena, setelah itu keluar.
Setelah dia keluar, aku pun juga keluar. Aku menatap darah yg ada di di hadapanku. Air mataku menetes.
"ayo Caitlin. yang lain sudah menunggu kita." ajak Cody. aku menghapus air mataku dan mengangguk.
dgn mengendap ngendap kami berdua turun dari lantai 4 menuju lantai satu. aku rasa panti ini akan angker nantinya.

-

aku&Cody berlari menuju gudang. Cody bilang Justin, Ryan, Chaz dan Christ ada disana.
Sampai disana aku langsung memeluk Justin dan menangis.
"Selena pergi, dia tertembak." ucapku sesegukan. Justin mengelus kepalaku. lalu dia melepas pelukannya.

"sudahlah. Kita harus cepat pergi sekarang" ucap Justin.
"kita mau kemana?" ucapku.
"aku menemukan sebuah rumah di tengah kota. Itu rumah kosong. Untuk sementara kita tinggal disana." ucap Ryan.
"pakaianku?" tanyaku.
"aku sudah bawa." ucap Christ.
"kau mencuri pakaianku?"
"sudahlah ka! yang penting ada!"
"sudah jgn bertengkar! kita pergi sekarang!" ucap Chaz.

kami bergegas pergi dari panti. Kami melewati jalan belakang, karna Cody bilang jalan depan sudah tak aman. kami menaiki tangga kayu untuk melewati tembok besar ini.
-
kami menaiki mobil yg Justim sewa. Aku tak tau dia mendapat uang darimana. Tapi setauku, Justin mengamen bersama dgn Cody dan Christ.
-
kami sudah sampai. Aku memandang rumah yg dimaksud Ryan. Mengerikan!

"ini rumahnya?" tanyaku ragu. Para cowo mengangguk.
"seram sekali. Ini benar" rumah kosong."
"sudahlah, ayo." ajak Justin. Aku mengangguk. Yang lainnya sudah jalan di depan sedangkan aku dibelakang. Hawa disini sgt tak enak. Bulu romaku bergidik. Aku melirik ke arah samping. Tepatnya sebuah pohon.
"apa itu?" batinku.
Aku melihat seperti bayangan putih disana.

aku mengedipkan mataku. tapi, bayangan itu sudah tak ada o.o
aku merinding, aku langsung menatap ke depan. Astaga! Aku ditinggalkan!
"hey tunggu aku!"
-
Rumah ini sangat menyeramkan. Perasaanku tak karuan.
-
"Justin, aku ingin mandi." ucapku pada Justin.
"Ryan, ada dimana kamar mandinya? Caitlin ingin mandi." ucap Justin.
"ada di pojok sana."
"seram sekali. Aku takut!"

"mau kutemani?" tanya Justin. aku menggeleng.
"nanti kau mengintip."

"apa? Tak akan! Kau mau tidak? daripada.."
"iya iya! temani aku!"
"yasudah, ayo."
-
"Justin! Kamar mandinya gelap. Aku takut"
"sudah tenang saja. sana masuk. Aku menunggu diluar"
aku menatap sinis Justin.
"awas kalau kau.."
"tidak Caitlin!"
aku mendengus, lalu masuk kamar mandi.
aku masuk ke kamar mandi yg gelap ini. Untuk alat penyinaran, aku menggunakan ponselku. Aku tidak berani membuka semua bajuku. Aku tidak berniat mandi, hanya ingin cuci muka saja.

Aneh, setauku rumah ini sudah lama tak ditempati. Tapi saat aku menyalakan kerannya, airnya masih keluar.
Sudahlah. Aku mencuci mukaku dgn sabun wajah. Setelah selesai aku keluar.
Saat aku keluar..

Justin langsung melihat ke arahku. Dan dia pun berteriak. Melihat dia yg teriak, aku pun juga teriak.
"hantu!!!" ucapnya.
"mana mana?!" tanyaku panik.
"mana Caitlin?" tanyanya padaku. Eh?
"aku Caitlin! Kau kenapa sih?!"
"kau bukan Caitlin!"
"aku Caitlin!"
"Jika kau Caitlin kenapa wajahmu penuh darah?!"
"maksudmu?"
"lihat wajahmu!"
dia kenapa sih?! -.-

aku mengambil ponselku yg ada di kantong celanaku. Aku berkaca di layarnya.
"tak terlihat apa apa." ucapku.
"tentu saja! Disini gelap. Aku akan menyenterimu, setelah itu berkacalah!" ucap Justin.
aku mengangguk.
Justin menyentiriku dan aku berkaca di kaca yang ada disampingku.
Aku sangat kaget, benar kata Justin. Wajahku berlumuran darah. Seperti memakai masker dari darah! >

aku berteriak kencang. Aku langsung membersihkan wajahku dgn handuk yg tadi kubawa dan memeluk Justin. Aku rasa teriakanku terlalu keras. Karna yang lainnya langsung menghampiri kami.
"ada apa ini?" tanya Cody. Aku mendongak. Melihat Christ, aku berlari ke arahnya dan memeluknya. Christ yg sekarang lebih tinggi dari aku pun membalas pelukanku dan mengelus rambutku.
"aku tanya sekali lagi. Ada apa ini?" tanya ulang Cody.
Justin meceritakannya. Tapi aku menutup telingaku. Bukan karna aku takut mendengar cerita ustin. Tapi au merasa sedari tadi ada yang memanggilku. Mengerikan!
"aku tak tau. Tadi aku rasa aku memersihkan wajahku daengan air. api kenapa jadi darah?" ucapku tiba tiba. Astag, bicara apa aku tadi? o.O

tak lama, aku mendengar seperti suara pintu terbuka. Aku mencari asal suara.
"kalian dengar?" tanyaku sambil melepas pelukanku dan menggenggam tangan Christ dan bendiri diantara Ryan&Christ.
"aku dengar." ucap mereka serempak.
"apa itu?" tanyaku dgn suara gemetar.
ngik..
Terdengar seperti suara kursi goyang yg bergerak. Kami menengok.
Kursi Goyang itu bergerak sendiri!

"no!" batinku. Keringat dingin meluncur dari dahiku. Kenapa dgn kursi goyang itu?!
"hanya tertiup angin." ucap Justin santai. Aku menatapnya.
"angin? Angin darimana? Tak ada angin disini!" omelku.
"tenanglah! Jangan takut! Ada aku!" ucap Justin sok kuasa. Aku hanya diam.
"disini dingin. Lebih baik kita kembali ke ruang tamu!" ucap Justin.
--
"kalian tau Bloody Mary?" ucap Justin.

aku yg sdg menyisir rambutku kaget mendengar pertanyaan Justin dan lgsg menghentikan aktivitasku.
"aku tau! Dia hantu kaca. Memang kenapa?" tanya Cody yg sdg menikmati makan malamnya. Tadi aku dan Christ keluar sebentar utk membeli makanan.
"apa maksudmu?" tanyaku curiga.
"aku menantang kalian. Kita panggil hantu itu. Kita taruhan $50. Semuanya harus ikut tanpa terkecuali." ucapnya.

mereka yg sdg makan lgsg tersedak. aku menatap Justin sinis.
"tanpa terkecuali? Tidak! Aku tidak mau! Gila kau!" ucapku.
"aku setuju." ucap Ryan, Cody, Christ dan Chaz bersamaan. Aku menatap mereka sinis terutama Christ. Dia hanya tersenyum tanpa dosa --"
"5:1. Siapa yg mau membelamu nona?" ucap Justin yg agak sedikit menyindir -,-
"aku tak mau! Aku takut!" ucapku.

"berarti kau lemah. Dasar wanita, memang lemah." ucap Justin yg meremehkanku.
Aku kesal. Wajahku memerah. Enak saja dia bilang aku lemah!
"apa kau bilang? Aku tidak seperti yg kau katakan! Ok! Aku ikut!" ucapku.
"waw ka Caitlin! Kau hebat!" ucap Christ. Aku hanya tersenyum tak ikhlas.
Astaga! bicara apa aku tadi? o.O
--
setelah memberitau cara memanggil Bloody Mary, Justin membagi giliran.

Justin pertama, Ryan kedua, Cody keyiga, Chaz keempat, Christ kelima dan Aaku terakhir T.T
Justin yang mendapat giliran pertama masuk. Dia masuk ke dalam kamar mandi dan melakukan ritual pemanggilan BM. Sedangkan yang lainnya menunggu di ruang tamu.
Tak lama, Justin pun keluar.
"bagaimana?" tanyaku.
"aneh, kenapa dia tak keluar? Padahal aku sudah mematikan lilinnya dan didalam tadi benar benar gelap." ucapnya.

aku dan yang lainnya bingung. Kenapa dia tak keluar?
"sudahlah! Sekarang giliranku!" ucap Ryan.
----
Justin, Ryan, Cody, Chaz dan Christ sudah mencobanya dan hasilnya nihil. BM tak mau menunjukkan dirinya.
"Baiklah Caitlin. Sekarang giliranmu. Hati", ini lilin dan korek apinya." ucap Justin. Aku mengambilnya dengan ragu". Sejujurnya aku sangat takut. Aku bangun dari dudukku dan berjalan menuju kamar mandi. Berkali kali aku menelan air liurku sendiri.

aku beranikan melangkahkan kakiku ke dalam kamar mandi. Jujur aku takut sekali T,T
---
Pertama, aku menyalakan kran. Lalu aku menyalakan lilin. Aku menatap ke kaca. Aku menelan air liurku. Aku harap dia tak datang >
Aku meniup lilinnya. Keadaan gelap gulita. Aku menahan nafasku dan..
"Bloody Mary, Bloody Mary, Bloody Mary.." aku menyalakan lagi lilinnya. Tak terjadi apa". Aku berputar 3x sambil trs memanggil namanya. Setelah yang ketiga, aku menutup mataku. Lalu aku membuka mataku. Dan...

tak terjadi apa apa.
Ada apa ini? Kenapa dia tak keluar? Huhft baguslah.
Aku mengambil lagi lilin dan mematikan kran. Aku berbalik dan baru saja memegang gagang pintukamar mandi ini. Tapi aku terhenti saat aku mendengar suara tertawaan *yang udah denger karlmayer pasti tau, bayangkan begitu*
aku menelan air liurku lagi. Aku beranikan diri menengok ke belakang. Perlahan lahan. Daaannnnn.....
aliran darahku mengalir cepat. Rasanya jantungku mau copot. Bagaimana tidak? BM sekarang ada di depanku. Benar benar di depanku. Aku mundur. Aku memegang gagang pintu dan hendak membuka nya. Tapi BM marah. Dia menatapku tajam. Tatapan nya mengerikan. Rambut nya yang berwarna coklat kehitaman dan berlumuran darah, tenggorokan nya yang teriris, dan tatapannya yang mengerikan. Aku ingin kabur. Aku ingin teriak tapi rasanya sulit. BM tersenyum padaku. Perlahan, tangannya keluar dari kaca..

melihat tangannya yang keluar dari kaca, aku pun langsung berlari dan membuka pintu. Terbuka! Aku langsung berlari sekencang yang kubisa sambil berteriak. Aku berlari menghampiri ang lain.
"bagaimana Caitlin?" tanya Justin sok tenang tapi aku tau kalau dia panik.
"dia..dia..dia!!!" ucapku terengah engah.
"dia kenapa?"
"dia muncul! Dia..."
capku terhenti saat Cody berkata..
"lihat!" ucapnya sambil menunjuk kamar mandi. Kami semua menengok.
"AAAAAAA!!!!"

kami melihat BM keluar dari kamar mandi. Aku melihat tangannya. Kukunya terlihat tajam dan dangat runcing. Dengan cepat kami semua langsung berlari untuk menyelamatkan diri. Tak peduli dengan barang barang kami.
Tapi baru saja saat Ryan akan memegang gagang pintu, BM muncul. Dai tersenyum sinis ke arah kami. Kami berlari ke arah lain tapi..
"tolong!"

kami menengok. Tidak! Ryan! BM menangkapnya dan langsung mencekiknya dan tanpa babibu dia langsung mencakar wajah Ryan sampai sangat dalam. Ryan terjatuh tak berdaya. Dia sempat meronta tapi akhirnya Ryan menghembuskan nafas terakhirnya..
Aku berteriak dan menagis melihat Ryan yang sudah tak berdaya. Baru aku ingin menghampirinya Justin langsung menahanku.
"cepat! Kita harus pergi sebelum dia membunuh yang lainnya!" ucap Justin.
"tapi Ryan.."
"sudah ayo!"
Justin menarik tanganku dan berlari.

kami berlari sejauh mungkin dan sebisa kami. Tapi lagi" BM bisa mengejar kami. Setelah Ryan, Chaz dan Cody sasarannya.
Sekarang hanya tinggal aku, Christ dan Justin. Aku menggenggam tangan Christ erat agar dia tak jauh" dariku. Aku tak mau Christ pergi seperti yg lainnya.
"aku rasa sudah aman sekarang." ucap Justin sambil mengatur nafas.
"Justin! Ini semua karna kau! Kalau saja kau tidak membuat taruhan seperti ini, dia takkan datang dan yg lainnya tidak dibunuh olehnya!" ucapku pada Justin.

Justin menatapku, lalu dia memutar bola matanya.
"maaf, maafkan aku." ucapnya. Aku hanya mendengus.
FIUHHFT!
tiba" angin kencang menerjang kami, rambutku bertebangan. Suasana menjadi dingin.
Christ yang ada di sampingku, tiba" sudah tidak ada.
"Christ? Mana? Mana Christ?!" ucapku panik. Aku menengok ke belakang.
"Christian!!!!" aku kaget, BM sedang mencakar wajah Christ. Aku ingin mendekati Christ tapi Justin melarangku.

"diam kau!" ucapku pada Justin.
"kau gila? Kau bisa dibunuh olehnya!"
"biarkan! Aku tak perduli! Biarkan aku mati asal aku bersama Christ! Dia adikku! Lepaskan aku!"
Bukannya melepaskan genggaman tangannya, Justn malah menarikku ke dalam pelukannya.
"aku takkan membiarkannya." ucapnya di telingaku. Aku hanya menangis.
"lepaskan aku!"
"tidak akan."

Justin melepaskan pelukannya dan menghapus air mataku dengan kedua ibu jarinya. Dai tersenyum padaku. Aku juga tersenyum padanya.
Tapi mataku terbelalak saat aku melihat yang ada di belakang Justin
"Justin, di belakangmu!" bisikku. Aku rasa Justn tak mendengarnya, karna dia tetap tersenum dan mengelus pipiku. Aku berbisik lagi.
"Justin, di belakangmu!" bisikku agak keras.
"apa?" tanyanya. Aku menaikkan daguku dan mengarahkan ke belakangnya.
"aku tak mengerti." ucapnya.
Haduh bodoh!!!

aku mengencangkan suaraku, mungkin aku berteriak.
"lihat belakangmu!!!" ucapku. Justin menengok ke belakang.
"AAAAA!!!"
Justin menarik tanganku menjauh dari BM.
--
"apa sudah aman Justin?" tanyaku padanya.

aku menengok ke arah Justin. Tapi..

Mana Justin?
Kenapa dia tak ada? Jantungku berdegup kencang. Dengan perlahan aku berusaha menengok ke belakang. Justin! Tepat dia ada disana. Dia terlihat seperti sedang memandang sesuatu. Pandangan tertuju pada satu arah, yaitu kamar mandi. Perlahan Justin melangkah menuju kamar mandi. Aku berlari menghampirinya.
"Justin!" ucapku sambil menepuk pundaknya.

Justin tak menjawab. Aku menatap matanya. Pandangannya kosong. Kenapa dia?
"Justin.." panggilku. Justin berhenti. Dia menatapku. Tatapannya menyeramkan. Dia menunjukku. Aku menatapnya telunjuknya yg menunjukku.
"pergi kau!" ucapnya lalu pergi dan masuk kamar mandi. Aku menatapnya. Apa"an dia?
Sudahlah! Awas kau Justin! Aku takkan perduli padamu!
aku kembali ke ruang tamu. Tapi hatiku begitu miris saat aku melihat mayat Ryan, Chaz, Cody dan Christ. Aku mendekati Jasad Christ. Wajah tampan nya sudah tak berbentuk. Wajahnya hancur. Aku memeluknya dan menangis di pelukannya. Jahat! Jahat sekali hantu itu! Kenapa dia juga tak membunuhku? Kenapa dia hanya membunuh adik dan sahabatku? Christian..

Aku mendengar suara teriakan dari kamar mandi. Justin!
aku menghapus air mataku dan langsung menuju kamar mandi.

Astaga Justin!
Dia..dia.. sudah tak bernyawa! Wajahnya hancur, BM yang membunuhnya! Aku melihat sekeliling. Saat aku menengok ke kanan..
Deg!
BM ada tepat di sampingku. Nafasku naik turun tak teratur. Keringat dingin meluncur dari keningku.
Aku berusaha kabur, tapi dia menggenggam tangaku, dia mengelus wajahku. Aku sangat takut.
"kau wanita yang cantik.." ucapnya dingin. Aku semakin takut.

"kenapa? Kenapa kau begitu jahat?" tanyaku takut.
"aku jahat? Mereka yg memanggilku sayang." ucapnya makin dingin.
"tp kenapa? Kenapa kau tidak membunuh aku juga?"
"aku tau kau tak ada niat memanggilku. "
"memang, tapi tak harus seperti ini. Kenapa semuanya yg kau ambil? Aku ingin mereka hidup lagi. Jika kau ingin membunuhku, bunuh saja aku." ucapku sambil menangis.
"aku takkan membunuhmu. Aku akan memberimu penawaran Caitlin.."

"apa maumu?" tanyaku padanya.

"ikut aku. Akan ku hidupkan mereka semua. Aku kesepian di dalam kaca. Bantu aku menakuti orang". Tapi sebelumnya, akan ku hancurkan wajah cantikmu. Deal?"
aku menelan air liurku berulang ulang.
"baiklah. Tepati janjimu. Kau boleh berbuat apapun padaku." ucapku.

BM tersenyum padaku. Aku ketakutan melihat senyumnya. Tanpa basa basi dia langsung mencakar wajahku. Aku berteriak kesakitan. Aku memegang wajahku. Perih rasanya.
"sakiiiitttttt!!!" teriakku sambil memegang wajahku. Sakit sekali rasanya. BM tersenyum penuh kesenangan. Aku terus berteriak. Dengan cepat BM mencekik leherku.

"kau sudah menghancurkan wajahku, sekarang kau mau membunuhku? Tak apa. Tapi hidupkan kembali sahabatku!!!" gertakku padanya. Dia menampar wajahku dan mendorongku ke tembok. Dia mencekikku dengan kedua tangannya dan dia juga menancapkan kuku jarinya yang tajam itu ke leherku. Aku mengerang. Sakit sekali.
"aahhh!!!"
"kau manusia yang bodoh! Kau berserta teman dan adikmu akan ikut bersamaku!"
aku yang sudah merasa kesakitan hanya diam. Darah terus mengalir di wajahku.

aku menangis. Sudah terlalu banyak darah yg keluar dari tubuhku. Lehetku sudah berlubang, wajahku tak berebentuk. Ini karna Justin! Tidak! Ini karna aku! Seharusny aku tidak ikut taruhan ini! Tidak!
Aku menutup mataku, lalu membuk mataku. Betapa kagetnya aku. Aku melihat Justin, Cody, Christ, Ryan, Chaz dan Selena di hadapanku sekarang. Wajah mereka pucat sekali. Justin memegang tanganku dan mengangkat tubuhku. Dia melihat leherku dan dia mencium leherku. Lalu dia menatapku. Dannn...
-----------------------------------------------------------------------------------------------

"Justin?" panggilku yg masih setengah sadar. Dia tak menjawabku dan tetap dingin. Aku memegang leherku. Astaga, aku rasa aku bisa memegang kerongkonganku sendiri.
Aku melihat ke belakang. Argh, perih.
"kita loncat dari sini." ucap Justin mendadak. Aku terbelalak kaget. Aku busa di gendongan Justin.
"apa maksudmu?" tanyaku.
"lihat ke bawah." ucapnya. Aku melihat ke bawah.
Astaga!
"kau gila Justin!" ucapku padanya.
Satu persatu orang meloncat ke bawah.

satu persatu turun. Dimulai dari Cody, Ryan, Chaz, Christ dan Selena. Justin berdiri di pinggiran atap.
"Justin, tidak! Kita bisa mati!"
"kita memang sudah mati." ucapnya.
"maksudmu?"
"sadarkah kau? Kau sudah mati. Aku juga sudah mati. Mereka sudah mati. Kita mati dibunuh. Kau tak sadar itu? Kau tak pikir? Apa mungkin kau masih hidup dengan lehermu yang berlubang itu?" jelasnya panjang lebar. Aku hanya diam.
"pegang aku." ucapnya. Aku mengangguk tak pasti.
"1,2..3!"
"AAAAAAAA!!!---

"AAAAA!!!"
gubrak!!!
Aduh sakit! Kepalaku sakit sekali!
Hah? Aku masih hidup? Bukannya aku sudah mati? Ku pegang leherku. Tidak seperti tadi. Ku raba wajahku. Seperti biasa.
Ah! Kenapa aku ini? Aku melihat sekelilingku. Kamar?
Selena?
"Caitlin, apa"an sih kau? Kau mengganggu tidurku!"
aku berteriak keras. Sangat keras.
"hey! Kenapa kau berteriak?" tanyanya sedikit berbisik sambil meletakkan telunjuknya di bibirnya.
"eh? Bukannya kau sudah mati?" tanyaku.

"mati?" tanyanya bingung. Aku
memukul kepalaku.
"apa hanya mimpi?"
"maksudmu? Aku tak mengerti."
aku menatap Selena, menarik nafas panjang dan..

"HAHAHA! Bodoh sekali kau Caitlin! Mimpi yg aneh!" ucap Selena.
"bodoh? Ah entahlah! Itu terlihat seperti nyata!"
"hanya mimpi. Biarkan itu." ucap Selena sambil mengatur nafasnya.
"ok. Huh, aku ingin ke kamar mandi." ucapku sambil bangkit dari duduk dan beranjak ke kamar mandi.
"awas nanti ada Bloody Mary." ejeknya.
Ish! Tak lucu -,-
kamar mandi panti sedang mati lampunya.

Aku menyalakan kran. Aku berkaca. Berpikir apa benar tadi yang ku alami itu hanya mimpi? Tapi..
Tanpa sadar aku terus memanggil nama "Bloody Mary" hatiku. Aku merasa sangat takut tadi. Huh biralah.

Selesai mencuci muka, aku mengaca lagi. Sepertinya ada yang aneh di kaca ini.
ada apa dengan kaca ini? Aku melihat semaki dekat dan..

"AAAAA!!!"
astaga tuhan apa ini hanya mimpi? Aku harap ini mimpi. Astaga..
Bloody Mary! Dia muncul! Dia tersenyum padaku. Seperti di mimpiku tadi!
"hallo cantik.." ucapnya dingin. Aku hanya berteriak sambil berusahah membuka pintu kamar mandi.

-END-
 

 

Bloody Mary (Hantu Kaca) si hantu yang kejam

- Copyright © 2013 ^_^ Selamat Datang ^_^ - Powered by Blogger - Distributed By Blogger Themes - Designed by Johanes Djogan